Senin, 12 Januari 2015

Teruntuk Keluarga Tercintaku, Exinfour.

Memiliki kalian…takkan pernah punya kesempatan kedua
Kalian yang selalu membantuku bangkit dari segala keterpurukan
Alasan mengapa aku tertawa dengan lepasnya
Dan mengingat itu semua adalah alasan mengapa kini aku menjatuhkan air mata

Hanya 3 tahun waktu yang kita lalui bersama
Apa dayaku untuk mengulang itu semua?
Waktu takkan pernah berjalan ke belakang
Dan aku tak mampu menciptakan ruang waktu

Adalah sebuah anugerah untuk memiliki kalian
Meski singkat namun akan abadi selamanya
Aku selalu percaya akan bersama selamanya
Karena kita akan selalu begitu, ya kan kawanku?

Sebuah selamat tinggal haram bagi kita tuk mengucapkannya
Kalian lihat kan?
Bersama kita dapat mencapai impian setinggi angkasa
Bersama kita telah menunjukkan pada dunia bahwa kita bisa

Air mataku selalu terjatuh saat mengingat kita tertawa bersama
Saat kita bersalaman memberi semangat tuk menggapai cita
Oh kawanku, bagaimana mungkin aku akan melupakan itu semua?
Semua akan selalu begitu indah walau hanya di angan

Bersama kalian…kini aku mengerti apa arti bahagia
Tawa menjadi semudah bernafas
Tangis menjadi sesulit melupakan

Memang benar adanya bahwa kalian sungguh berharga

Sampai Berjumpa Kembali #2

Aku telah sampai, dan waktu menunjukkan pukul 19.01, oke aku terlambat satu menit dan itu keterlaluan. Aku segera masuk dan langsung menangkap wajah seorang pria sedang membaca menu makanan dan ditunggu seorang pelayan di sebelahnya. Itulah Aga, dan dia semakin tampan untuk setiap detail bagian wajahnya, begitu pula postur tubuhnya. Oh Aga, kau memang tak pernah lelah untuk membuatku terpukau. Dia mengenakan jersey Arsenal, klub kesayangannya. Dan gayanya yang santai tapi cool itulah favoritku. Selesai memesan makanan, dia melihatku. Senyumnya yang selalu bersahabat menyapaku, seolah-olah menyuruhku untuk segera menghampirinya. Oke, stay cool Raissa, kau tidak ingin mengacaukan malam minggu terindahmu. Aku melambaikan tangan, dan menghampirinya. Dia bergegas berdiri untuk menyapaku lebih dalam lagi, lebih hangat lagi.
                “Wow, kau semakin tinggi saja. Kapan kau akan berhenti berusaha?”
                “Dan wow juga untukmu, Raissa. Kupikir kau akan mengalahkan tinggiku.”
                “Oke, Aga, jangan kacaukan reuni ini. Jangan mencoba meledekku atau kau akan rasakan akibatnya. Apa kabar, sobat lama?”
                “Aku benar-benar takjub, Raissa, bukan berniat meledek. Sobat lama? Kupikir kita sobat sepanjang masa. Seperti yang kau lihat, aku sangat baik, hanya pikiranku sangat kacau. Kau tau? Drama kehidupan memang tak pernah berhenti.”
                “Terimakasih telah mengagumi tinggi tubuhku. Mulutku berbicara bohong, Aga. Kau adalah sobatku yang selalu hidup dalam pikiran batinku. Ada apa? Ceritakan padaku.”
                “Aku memang datang untuk bercerita. Tapi tunggu, kenapa mulutmu berbicara bohong?”
                “Kau tau, sekarang ini sedang jamannya jaga image. Duduklah dan mulai bercerita.”
                Kami duduk berhadapan, dan makanan yang telah dipesan Aga juga telah datang.
                “Raissa, kau menyukai makanan yang kupesan kan?”
                “Ya…bagaimana kau tau?”
                “Hanya tebakan yang beruntung.”
                Dia kembali membuatku tersipu.
                “Aga, segera ceritakan masalahmu.”
                “Wow, santai. Aku sedang tidak ingin memikirkannya, mari kita bicarakan hal yang lain dulu. Bagaimana sekolahmu?”
                “Kau masih sama, sok misterius. Sekolahku begitu hebat, tak kusangka kuliah akan sangat berbeda dengan jaman kita SMP dulu. Meskipun hebat, tak dapat kupungkiri bahwa aku sangat merindukan jaman SMP kita yang begitu mempesona.”
                “Kau juga tak jauh berbeda, dramaqueen. Ya, aku juga merindukan hal yang sama, bahkan oksigen yang kuhirup di Universitas dan di SMP pun terasa berbeda, tak ada bau wangimu yang selalu aku nantikan setiap kita berangkat sekolah 5 tahun lalu.”
                “Jangan mencoba menggodaku, itu terlalu kejam.”
                “Terlalu kejam? Kau kuliah sastra namun definisimu akan kata sungguh payah.”
                “Kau seolah-olah menuduhku memakai parfume berlebihan setiap harinya. Itu kejam, oke.”
                “Wohoo, janganlah kau anggap serius perkataanku, Nona Manis.”
                “Kau sendiri bagaimana? Bagaimana sekolahmu? Pastinya sungguh mengagumkan, layaknya dirimu.”
                “Kau terlalu melebih-lebihkan. Aku cukup bahagia untuk kuliah disana, selalu ada wanita yang melirikku.”
                “Jangan membuatku patah hati, Aga.”
                “Kan kutunggu puisi patah hatimu di blog.”
                “Kamu nge-stalk aku ya?”
                “Setiap aku punya waktu. Dan setiap saat aku selalu punya waktu.”
                “Setiap saat aku hanya bisa memikirkanmu, Aga. Sungguh, aku sangat merindukanmu.” Nada bicaraku kacau dan gemetar. Aku mulai memberanikan diri, aku sudah tidak tahan lagi.
                “Raissa…boleh aku mulai bercerita?” Dia selalu begitu, mengalihkan pembicaraan.
                “Tentu saja, mulailah berbicara.”
                “Aku tidak tau harus berbuat apa, beberapa hari ini aku bertengkar dengan pacarku.”
                “Uhuuukkk…uhukkk…uhuuukkk…”
                “Sa, kamu kenapa? Minum dulu.”
                “Pa…pacar? Kamu punya ummm…pacar? Sejak kapan? Kau tidak memberitahuku?”
                “Iya, sudah berjalan 6 bulan. Aku memang sengaja tidak mengumbarkannya. Tapi belakangan ini dia sangat posesif terhadapku. Setiap saat aku harus mengabarinya aku sedang apa, seakan hidupku adalah miliknya. Dia terlalu mengusik hidupku, sudah kukatakan berkali-kali bahwa aku tidak menyukai perlakuannya yang begitu. Namun, dia selalu marah dan tidak mau mengalah. Sebenarnya aku tidak suka dengan sikapnya yang kekanak-kanakan itu, tapi aku sangat menyayanginya. Sangat menyayanginya.”
                Hal ini benar-benar mematahkan hidupku, aku bahkan tidak sanggup menahan air mataku. Di hadapannya aku menangis. Sungguh, apakah ini nyata?
                “Sa…kamu kenapa nangis?”
                “Hah? Apa? Tidak…bukan apa-apa. Dia adalah wanita yang sangat beruntung dapat dicintai lelaki hebat sepertimu, aku yakin dia wanita yang sungguh baik. Kau tau, Ga? Kurasa semua wanita memang posesif, semuanya. Aku juga wanita, aku mengerti perasaannya. Dia sedang mencari perhatianmu, Ga. Dia sedang mengirimkan sebuah pesan lewat posesifnya itu. Mungkin kau lupa akan sesuatu, atau kau sedikit berubah, sehingga dia berpikir kau tak peduli dengannya lagi. Setiap wanita posesif karena mereka terlalu sensitif. Dia takut kehilangan lelaki hebat sepertimu, Ga.” Bicaraku bergetar, ini sangat berat untuk diucapkan. Aku sangatlah hancur.
                “Jadi begitulah jalan pikiran setiap wanita?”
                “Tidak semua, tapi pada umumnya. Aku bukan Tuhan yang tau akan segalanya. Hilangkanlah sifat cuekmu, karena daridulu sifat itu selalu setia menempel pada pikiranmu. Tunjukkan padanya jika kau benar-benar mencintainya, kau tak perlu malu. Dia kekasihmu. Siapa namanya?”
                “Kuakui aku memang begitu, tidak mudah untuk berubah, Sa. Namanya Astrid.” Senyum yang lebar dan penuh kasih sayang terpampang jelas di wajahnya saat ia menyebutkan namanya. Aga sangatlah mencintainya, dan itu membuatku semakin hancur lagi.
                “Nama yang cantik, dan kau tidak perlu berubah, Ga. Kau hanya perlu membuktikan padanya jika kau benar-benar peduli padanya. Itulah hasrat setiap wanita, selalu ingin dipedulikan,” ucapku dan aku berusaha keras untuk tersenyum.
                “Oh, Raissa. Kau adalah tempatku mengadu segala masalah, dan kau selalu tau bagaimana menyelesaikannya. Tak ada wanita yang sehebat kau.”
                “Aku masih kalah hebat dengan kekasihmu, hahaha.”
                “Kalian sebanding, aku tidak dapat memilih. Jadi, bagaimana kisah cintamu?”
                “Kisah cintaku? Hanya selembar kertas kosong. Aku gak punya pacar, Ga. Gak usah ngeledek lagi, plis.”
                “Jangan bercanda, aku bertanya serius.”
                “Dan jawabanku jauh lebih serius, aku berkata jujur, Aga.”
                “Tapi…kenapa?”
                “Aku masih mengagumi lelakiku yang dulu, dia selalu menjadi motivasiku dalam hal apapun. Aku selalu menunggunya, mungkin dia tak melihatku, namun aku selalu melihatnya. Aku tak pernah dapat berpaling walau sedetik saja, dia terlalu berharga, Ga. Tak ada satupun orang yang dapat menggantikannya. Aku menyayanginya dengan tulus, gak peduli dia menganggap aku apa. Aku peduli padanya, aku sangat mencintainya. Dan akan selalu begitu.”
                “Dia lelaki yang sangat beruntung, dicintai wanita sehebat dirimu. Dan dia terlalu bodoh tidak dapat melihatmu. Semoga kisahmu akan segera terisi dengan kebahagiaan, Sa.”
                Kisahku hanya akan terisi kebahagiaan jika aku bersamamu, Ga. Sadarlah, kau yang aku maksud, kaulah yang aku cintai, ucapku dalam hati.
                “Haha, dia sepertimu, Ga. Selalu mempesona. Kalian begitu mirip.”
                “Aku hanya bisa berdoa untukmu, Sa. Semoga kau akan selalu bahagia. Kau adalah teman terbaikku.”
                “Doamu sudah berarti segalanya bagiku, Ga. Terimakasih.”
                Aku mempercepat makanku, sedari tadi aku telah menahan tangisku yang meronta ingin meluap. Baru saja aku bahagia karena kehadiran Aga yang begitu ramah dan tak terduga, dan ternyata dia membawa berita yang mengejutkan dibalik keramahannya itu. Dia telah bersama orang lain, dan dia sangat mencintainya, dia sangat bahagia bersamanya. Aku tak dapat berkutik, Aga memilihnya, bukan aku. Apa yang harus kuperbuat? Kepada siapa aku harus mengadu? Dia telah menyakitiku, namun aku juga tak bisa berhenti mencintainya.
                “Ga, udah jam segini. Aku pulang ya, hubungi aku.” Aku memberikan secarik kertas berisikan nomor teleponku.
                “Aku akan sering mengganggumu, haha. Mau kuantar?”
                “Haha, aku takkan keberatan. Tak perlu, aku bisa pulang sendiri. Selamat malam, Aga, merupakan malam yang indah bisa temu kangen sama kamu hari ini. Semoga harimu selalu baik, byee,” ucapku sambil melambaikan tangan.
                “Selamat malam, Raissa. Aku akan merindukanmu lebih dalam lagi. Kita akan segera bertemu kembali.”
                Ucapannya membuat hatiku semakin getir, dia begitu manis dengan setiap ucapannya, meski dia telah memiliki seorang kekasih. Apa aku memang harus berpaling dan melupakannya? Tidak, aku tidak akan sanggup. Aku berlari menuju sebuah taman dihiasi lampu jalan bewarna kuning berkilauan, keindahan Jogja yang tak dapat diragukan lagi. Aku terduduk dan diam, bingung harus berbuat apa, harus berpikir bagaimana. Ini terlalu berat oke. Tiba-tiba ponselku bordering, ada sms masuk.
                Raissa, hati-hati dijalan ya. Kamu udah sampai rumah? Sungguh, malam yang sangat hebat. Aku sudah merindukanmu, jangan lupa simpan nomorku. Aga.
                Semoga dia panjang umur, baru saja kupikirkan, langsung muncul saja. Hatiku semakin sakit melihatnya semakin bersikap manis padaku. Oh, Aga, kau sengaja menyakitiku dengan cara seperti ini? Dengan menyayatku disaat kau mengobatiku? Kejam. Oke, aku mengerti, kau tidak bermaksud begitu. Aku ini sobatmu, sudah sewajarnya kau bersikap begitu. Yang kamu tau, aku menyayangimu sebagai sahabatku, tidak lebih. Salahku tidak memberitahumu, salahku. Aku kembali menangis dan berusaha membalas pesannya dengan kebohongan belaka, maafkan aku, Aga.
                Cepat sekali kau berusaha menggangguku, haha. Iya aku sudah sampai dan sedang bersantai, aku tau kau tidak bertanya, aku hanya ingin memberitahumu. Kamu sendiri udah sampai? Istirahatlah, pikiranmu butuh itu. Aku juga sudah kembali merindukanmu, Aga. Terutama pada tatapan indah nan mautmu itu. Kuharap kita akan segera kembali bertemu.
Baru aku mau meletakkan ponsel dalam tas, dia sudah kembali membalas pesanku.
Kau harus mulai terbiasa, Raissa. Aku sudah sampai dan akan segera tidur, berharap akan memimpikanmu. Kau juga segeralah tidur, Putri Tidur. Selamat malam.
Aga, kumohon, berhentilah membuatku tersipu, itu menyakitkan.
Semua akan mudah jika bersamamu, aku akan segera terbiasa. Aku akan tidur, selamat malam, Aga. Semoga kau memimpikan aku.

Percakapan malam itu usai, aku benci harus membohongi Aga. Aku mulai berpikir…mungkin aku dan Aga memang ditakdirkan untuk bersama seperti ini, kami ditakdirkan untuk saling mencintai dalam hubungan persahabatan. Selama ini, aku mungkin terlalu memaksakan kehendakku, egoku untuk memilikinya sepenuhnya terlalu tinggi, aku juga terlalu percaya diri.

To be continue :)

Rabu, 06 Agustus 2014

Sampai Berjumpa Kembali

                Musim kemarau telah tiba di wilayah Jogja. Terik matahari yang selalu memanjakan sinarnya membuatku semakin semangat tuk mengawali semester 3 di Universitas. Tiba-tiba saja aku termenung, memikirkan kawan sekolahku dulu yang sampai saat inipun masih kuingat setiap detail wajah ceria mereka. Tak sepenuhnya dari kami berkumpul di Universitas yang sama, namun beruntungnya aku masih dapat berkumpul dengan mereka yang begitu aku sayangi. Yang aku sayangi…membuatku teringat akan sosok lelaki yang telah kukagumi…telah kusayangi semenjak aku duduk di bangku SMP. Dan sampai sekarang pun masih begitu. Apa kabar dia? Bagaimana posturnya saat ini? Sudah lama sekali kami tak berjumpa, setidaknya aku yakin dia akan menjadi lebih tampan. Sejak kami pisah SMA, kami jarang sekali melakukan kontak mata bahkan kontak dalam dunia maya. Aku yakin dia telah sibuk dengan dunia barunya yang membahagiakan. Ah, aku sangat merindukanmu, Aga.
                Dering handphone mengejutkanku sehingga aku terbangun dari lamunanku.
“Raissa, besok kamu sibuk gak? Jalan ke mall yuk, bosen banget nih di rumah. Banyak cerita juga menunggu hahahaha.” Ternyata itu Selly, sahabat karibku sejak SMP.
“Gak sibuk sih, banyak waktu buat jalan. Oke besok jam 11 kamu jemput aku ya di rumah, gantian lah minggu lalu kan kamu udah aku jemput hehe.”
“Ah masalah itu gampang, aku tau balas budi kok haha. Oke jam 11 ya jangan sampai kamu bangun kesiangan.”
“Gak janji ya haha, kamu kayak gak tau aku ajasih.”
“POKOKNYA JAM 11 OKE GAK ADA TELAT-TELATAN. Oke see you soon baby.” Seketika ia menutup teleponnya. Ya begitulah dia, wanita yang ceria dan selalu menyenangkan.
                Ini sudah pukul 4 sore. Kakak laki-lakiku, Joan, belum pulang dari ‘urusan’nya yang tak pernah habis itu. Ya, dia selalu sibuk di toko buku, membaca adalah hidupnya. Orangtuaku baru akan pulang dari kantor pukul 5 nanti. Libur panjang ini membuatku menjadi malas-malasan, berbanding terbalik dengan rencanaku untuk produktif di hari liburku. Kuputuskan untuk mandi dan sholat Ashar, lalu membantu bibi memasak hidangan makan malam. Tiba-tiba suara klakson terdengar di luar rumah. Rupanya sudah pukul 5, orangtua dan kakakku serentak datang dan langsung menyambutku dengan ramahnya. Betapa bahagianya memiliki keluarga seperti mereka.
“Sore sayang, kamu bantuin bibi masak? Wah kayaknya enak banget nih,” puji Mamaku.
“Yakin enak? Awas aja ya sampai gak enak, aku jitak kamu haha,” goda Joan.
“Oh kamu nantangin, Jo? Oke jatah makanmu berkurang,” balasku.
“Sudah-sudah, baru pulang aja udah berantem kalian. Jo, cepat mandi. Raissa, kamu udah mandi kan? Papa sama Mama mau mandi dulu, setelah sholat Maghrib kita makan bersama, oke? Ayo cepat cepat!” Papaku memang sangat gesit dalam berbicara. Nada bicara yang mengagumkan.
                Kami semua telah melaksanakan seluruh perintah Papa, dan kamipun makan dengan penuh senda gurau yang selalu kami nikmati setiap malamnya. Sungguh, waktu yang sangat berkualitas. Setelah makan malam, kami berkumpul di ruang keluarga dan menonton televisi dengan secangkir kopi bagi setiap orangnya. Tradisi yang selalu kami lakukan di hari Jum’at. Waktu telah menunjukkan pukul 9 malam dan aku bergegas ke kamar untuk mengecek beberapa akun social mediaku. Mataku terbelalak hebat saat melihat ada e-mail masuk dari Aga. Ya, Aga. Secepat mungkin kubaca e-mail singkat darinya.
                Raissa, bagaimana kabarmu? Kamu pasti baik, karna akupun juga begitu. Rasanya sudah lama kita tak bertemu, aku kangen haha. Bagaimana kalau sepotong pizza di malam minggu? Kutunggu jawabanmu.
Aga.
                Mataku langsung berbinar dan hatiku berdegup kencang. Oke, calm down, Raissa. Ini kesempatan platinum bagimu, bahkan jackpot. Langsung saja aku membalasnya.
                Hai, seperti yang kamu duga, aku baik. Senang mendengarmu merindukanku, karna akupun juga begitu haha. Sepotong pizza? Sounds good, tapi bisakah aku mendapat dua potong? Haha, aku setuju, kutunggu kau pukul 7 malam di…dimana kita akan berjumpa?
                Seperti harapanku, dia langsung membalas.
                Aku tau kamu selalu kangen aku haha. Dua potong? Kurasa kamu sudah bertambah gendut saat ini, makanmu banyak sekali. Tapi, okelah. Kau dapat dua potong dan aku mendapat enam, haha kidding. Oke, pukul 7 kita bertemu di Pizza Hut Sudirman. Jangan telat, oke? Hilangkan kebiasaan lamamu.
                Dia selalu berhasil membuatku tersipu dengan setiap kata yang Ia ucapkan.
                Setuju, sampai jumpa. Aku tau kau selalu mengingatku dalam anganmu. Selamat malam.
                e-mail malam itupun berakhir dengan senyuman yang memenuhi wajahku. Ya Tuhan, hentikan senyum tidak jelasku ini. Aku memutuskan untuk streaming YouTube, dan terpaku pada sebuah channel Jacksgap. Malam yang menyenangkan dan akupun tertidur kiranya pukul 11 malam.
“Raissa, bangun. Sholat subuh dulu.”
“Raissa, ayo banguuuun.”
“Eng emh, apa? Iya Ma, udah bangun.”
“Oya, malam ini Mama dan Papa akan pergi ke rumah Om Doni. Mau ikut?”
“Maaf, Ma. Aku gak bisa ikut, sudah ada janji makan malam dengan kawan lama.”
“Oke, berarti kamu nanti di rumah sama bibi ya. Kayaknya kita akan pulang larut malam. Kakakmu juga akan ikut.”
“Ah iya, tak masalah, Ma.”
                Seperti biasa, masa liburan seperti ini, menonton televisi adalah aktivitasku. Entah sudah berapa FTV yang kutonton selama 2 minggu ini. Aku terkejut saat tiba-tiba jam sudah menunjukkan pukul 09.30. Aku harus segera bersiap diri, Selly akan menggunakan jurus mulut seribunya jika aku sampai terlambat.
                *BEEP BEEP BEEEEEPPPP*
                Itu suara klakson Selly, aku bergegas keluar dan mendapati Selly mengendarai mobil CRV milik orangtuanya. Tumben sekali dia memakai mobil yang berukuran besar, kita kan hanya akan jalan berdua. Sampai di depan mobil aku membuka pintu kursi depan.
                “RAISSAAAAAA!!!!!!”
                “Lho…Almira? Nanda? Dinda? Intan? Kalian juga ikut? Kok Selly gak bilang-bilang?”
                “Harus ya gue lapor segalanya ke elo? Buruan masuk. Cussss”
                “Ini ceritanya reuni apa gimanasih? Haha iya iya aku masuk. Cusss”
                Kami berenam menghabiskan waktu yang sangat panjang di Plaza Ambarukmo. Setiap butik kami datangi, walau hanya untuk melihat dan tak berniat membeli. Kalian tau pasti kan gimana wanita? Suka sekali menghabiskan waktu. Namun, kami sangat bahagia akan waktu yang terbuang itu, bagi kami hal itu tidaklah sia-sia. Kami lalu pergi ke sebuah restoran untuk makan siang, sebetulnya ini sudah pukul 15.00. Di sana kami membicarakan segala hal yang bisa diceritakan. Benar-benar segalanya.
                “Raissa, gimana Aga? Udah jadian belum kalian? Lama amat sih haha,” celetuk Almira.
                “Jadian? Are you kidding me? Kita terakhir ketemu aja kapan aku udah gak inget.”
                “Kamu bener-bener gak mau move on gitu, Sa? Kamu kan cantik, banyaklah pasti yang bribik kamu. Udah 5 tahun kamu nungguin dia, kamu gak capek? 5 tahun tu bukan sebentar, Sa,” Intan mulai penasaran dan semakin penasaran.
                “Ah kalian pasti nanyain Aga mulu, udah kubilang kan, aku emang gak mau move on. Dia motivasiku selama ini, aku nyaman begini, aku tulus sayang sama dia, tanpa dia harus balas perasaanku. Gak gampang mulai dari awal lagi, aku udah terlalu asik sama dunia ‘jatuh cinta’ku ke Aga. Lagian nanti aku mau dinner sama dia. Katanya dia kangen.”
                “APA? SERIUS? KENAPA LO GAK CERITA APAPUN SAMA KITA-KITA?” ucap Selly dengan nada kagetnya yang sangat tinggi.
                “Lah barusan aku cerita kan sama kalian? Kalian pengen aku cerita seminggu yang lalu? Dia ngajaknya aja baru tadi malam.”
                “Santai mbak bro, semoga penantianmu selama ini terbayar,” ucap Nanda.
                “Udah berapa cowok coba yang lo tolak cuma gara-gara lo masih terus-terusan ngarepin Aga, kan kasian mereka juga, Sa,” omel Dinda.
                Mereka terus bertanya dan bertanya tentang Aga, tak ada habisnya. Mereka terus-terusan membujukku untuk segera melupakan Aga dan mencari pengganti, padahal mereka tau bahwa segala usaha mereka akan sia-sia. Mana mungkin aku melupakan Aga? Detik demi detik pun berlalu, ini sudah pukul 18.00, 1 jam lagi aku akan segera bertemu dengan Aga. Oke, ini bukan saatnya untuk sabar. Aku sudah menunggu ini selama bertahun-tahun. Teman-temanku terus saja berbincang, dan disini aku mulai melamun dan berpikir. Aga…bagaimana rupanya saat ini? Apa yang harus aku katakan saat aku bertemu dengannya nanti? Bagaimana jika aku gugup dan menjadi kaku? Ya Tuhan, kuatkanlah aku. Ini sudah pukul 18.30, aku segera bergegas ke tepi jalan dan memanggil taksi untuk segera berangkat kesana. Jalanan sangat macet dan aku mulai resah. Akankah aku tepat waktu?

To be continue...... :)

Rabu, 02 Juli 2014

Hiduplah Kembali

Aku berusaha tuk belajar bermimpi
Memimpikan sembari mengenang masa laluku
Masa lalu yang sarat akan kenangan indah bersamamu
Masa lalu yang selalu menjadi impianku

Ingat perhatian kecilmu yang dulu?
Yang bagaikan kunci surga bagiku
Ingat bagaimana kita tertawa bersama?
Yang membuatku terbang bersama awan mengitari sang surya

Sudah terlalu banyak tawa yang kita cipta
Sehingga terlalu banyak air mata yang jatuh mengenang
Kapan kita akan mengulangnya?
Merubah tangis menjadi tawa?

Sayangnya hanya lewat mimpi
Aku bisa merasakan bahagianya
Menikmati tawa yang dulunya nyata
Merasakan bahagia yang kita buat bersama

Bukan niatku tuk menghilang dan terus bermimpi
Hanya saja aku ingin menghidupkan kenangan kita yang telah mati
Karna saat bersamamu aku mulai mengerti
Kaulah hal terbaik yang pernah kumiliki..

Minggu, 11 Agustus 2013

I MET JUSTIN BIEBER!

Okay, last night i was at the stage with the other beliebers and of course with him, JUSTIN BIEBER!
OMB, i just cant... *speechless* *tears are falling*
He was singing probably 20 song and it's all was so amazing! His voice was really really awesome!
After he sang, he sat at the stage with us and I took the place as close as possible with him. He was talking about how much he loves us and we can't stop crying. He also talk about the other things. I was there can't even stop crying and always stare at his eyes. And then I realized that he's just so perfect, omg. Suddenly, i got an idea to tickle his leg haha, and I did it! He was laughing so hard and then he look at me and he catched my eyes and stare at them for so long, and then he smiled and came to me!
"Hey, what do you want baby?" he said, and i just frozen and can't do and say anything, my tears are falling so hard. Then, he hugged me! JUSTIN BIEBER HUGGED ME! OMG IT JUST REALLY....
"Don't cry, I'm here okay."
"Omg, i love you justin!" I hugged him back and it feels like I'm the luckiest girl, ever! I can feel his heartbeats and I can smell his parfume. It was really comfortable and I won't let him go. But I know, I can't always be with him. After we talk each other, we took some pics together. OMG, I can't describe what I really feel when I was with him. Surely, I'm really happy and I'm sure it would be the best thing ever for my life.

And the worst thing came...I woke up and realized that it was just a dream. *crying*
But, he taught us to believe and never say never.
"Feel it, believe it, dream it, be it!"− Justin Bieber (Born to be Somebody)
And...
I LOVE YOU, JUSTIN BIEBER!








Selasa, 25 Juni 2013

Kembar tak serupa...

Halo, to the point ajadeh...
Aku mau cerita tentang kembaranku, gak kembar sih, tapi apaya? Kita kembar-kembarin aja gitu ehehe.
Kembaranku, namanya Izha Ananta Azra, lebih dikenal dengan sebutan Iha. Orangnya...baiknya gak ketulungan, baik bangeeeet. Deskripsiin orang satu ini tu susah sebenernya, soalnya banyak yang bilang dia idiot. Bahkan dia sendiri bilang kalo mukanya tu aneh, heuduh. Tapi, menurutku gak gitu sih, mukanya fine-fine aja, bisa dibilang kece bahkan. Plis gausah berpikir yang macem-macem karna yang bilang dia kece itu seabrek. Terus apaya, tingginya ideal tapi berat badannya masih belum ideal haha. Segi muka nanti liat ajadeh di fotonya, pusing sendiri mau jelasinnya kayak gimana. Sifatnya deh, dia ini konyol banget sukanya bikin ketawa aduh. Dia ini juga kocak banget kalo diajak ngobrol, gak baku dan aneh gitu. Dan dia ini baik banget, baiknya banget banget deh. Dia selalu ada saat aku butuh, heleh. Gini deh, dia mau nemenin aku kalo  lagi bosen, mau dengerin cerita sedih dan cerita konyolku yang panjangnya entah mungkin tak terhingga. Istimewanya lagi, dia mau kasih solusi untuk masalah-masalahku. Dia mau ngehibur kalo aku lagi nangis, sedih atau apalah itu. Untuk standar cowok, kuakui dia baik banget. Setiap hari kita komunikasi, gatau deh ngomongin apa aja tau-tau smsnya udah se-mount everest, banyak banget haha.
Nah, kembarnya sama aku apa? Fisik jelas beda, sifat gatau deh...
Kita kembar karna banyak banget hal yang aku sama dia ini kembar, dari mulai kebiasaan dan yang lainnya. Kembar kita yang lain jadi privasiku sama dia ajaya hehehe, bukan rahasia sih sebenernya tapi cuma males cerita. Eiya di Bali kemarin kita sempet foto bareng lhoo, bisa diliat sendiri deh kita ini kembar atau enggak. Bilang iya plis...

Foto ter-mending

Ini agak gimana gitu

Nah ini, fail banget aduh =))

Namanya juga kembar tak serupa ehehe.
Terserah mau bilang apa yang jelas,
aku bangga jadi kembarannya dia. ~~\o/
Thanks for coming, oyasumi. :3