Rabu, 06 Agustus 2014

Sampai Berjumpa Kembali

                Musim kemarau telah tiba di wilayah Jogja. Terik matahari yang selalu memanjakan sinarnya membuatku semakin semangat tuk mengawali semester 3 di Universitas. Tiba-tiba saja aku termenung, memikirkan kawan sekolahku dulu yang sampai saat inipun masih kuingat setiap detail wajah ceria mereka. Tak sepenuhnya dari kami berkumpul di Universitas yang sama, namun beruntungnya aku masih dapat berkumpul dengan mereka yang begitu aku sayangi. Yang aku sayangi…membuatku teringat akan sosok lelaki yang telah kukagumi…telah kusayangi semenjak aku duduk di bangku SMP. Dan sampai sekarang pun masih begitu. Apa kabar dia? Bagaimana posturnya saat ini? Sudah lama sekali kami tak berjumpa, setidaknya aku yakin dia akan menjadi lebih tampan. Sejak kami pisah SMA, kami jarang sekali melakukan kontak mata bahkan kontak dalam dunia maya. Aku yakin dia telah sibuk dengan dunia barunya yang membahagiakan. Ah, aku sangat merindukanmu, Aga.
                Dering handphone mengejutkanku sehingga aku terbangun dari lamunanku.
“Raissa, besok kamu sibuk gak? Jalan ke mall yuk, bosen banget nih di rumah. Banyak cerita juga menunggu hahahaha.” Ternyata itu Selly, sahabat karibku sejak SMP.
“Gak sibuk sih, banyak waktu buat jalan. Oke besok jam 11 kamu jemput aku ya di rumah, gantian lah minggu lalu kan kamu udah aku jemput hehe.”
“Ah masalah itu gampang, aku tau balas budi kok haha. Oke jam 11 ya jangan sampai kamu bangun kesiangan.”
“Gak janji ya haha, kamu kayak gak tau aku ajasih.”
“POKOKNYA JAM 11 OKE GAK ADA TELAT-TELATAN. Oke see you soon baby.” Seketika ia menutup teleponnya. Ya begitulah dia, wanita yang ceria dan selalu menyenangkan.
                Ini sudah pukul 4 sore. Kakak laki-lakiku, Joan, belum pulang dari ‘urusan’nya yang tak pernah habis itu. Ya, dia selalu sibuk di toko buku, membaca adalah hidupnya. Orangtuaku baru akan pulang dari kantor pukul 5 nanti. Libur panjang ini membuatku menjadi malas-malasan, berbanding terbalik dengan rencanaku untuk produktif di hari liburku. Kuputuskan untuk mandi dan sholat Ashar, lalu membantu bibi memasak hidangan makan malam. Tiba-tiba suara klakson terdengar di luar rumah. Rupanya sudah pukul 5, orangtua dan kakakku serentak datang dan langsung menyambutku dengan ramahnya. Betapa bahagianya memiliki keluarga seperti mereka.
“Sore sayang, kamu bantuin bibi masak? Wah kayaknya enak banget nih,” puji Mamaku.
“Yakin enak? Awas aja ya sampai gak enak, aku jitak kamu haha,” goda Joan.
“Oh kamu nantangin, Jo? Oke jatah makanmu berkurang,” balasku.
“Sudah-sudah, baru pulang aja udah berantem kalian. Jo, cepat mandi. Raissa, kamu udah mandi kan? Papa sama Mama mau mandi dulu, setelah sholat Maghrib kita makan bersama, oke? Ayo cepat cepat!” Papaku memang sangat gesit dalam berbicara. Nada bicara yang mengagumkan.
                Kami semua telah melaksanakan seluruh perintah Papa, dan kamipun makan dengan penuh senda gurau yang selalu kami nikmati setiap malamnya. Sungguh, waktu yang sangat berkualitas. Setelah makan malam, kami berkumpul di ruang keluarga dan menonton televisi dengan secangkir kopi bagi setiap orangnya. Tradisi yang selalu kami lakukan di hari Jum’at. Waktu telah menunjukkan pukul 9 malam dan aku bergegas ke kamar untuk mengecek beberapa akun social mediaku. Mataku terbelalak hebat saat melihat ada e-mail masuk dari Aga. Ya, Aga. Secepat mungkin kubaca e-mail singkat darinya.
                Raissa, bagaimana kabarmu? Kamu pasti baik, karna akupun juga begitu. Rasanya sudah lama kita tak bertemu, aku kangen haha. Bagaimana kalau sepotong pizza di malam minggu? Kutunggu jawabanmu.
Aga.
                Mataku langsung berbinar dan hatiku berdegup kencang. Oke, calm down, Raissa. Ini kesempatan platinum bagimu, bahkan jackpot. Langsung saja aku membalasnya.
                Hai, seperti yang kamu duga, aku baik. Senang mendengarmu merindukanku, karna akupun juga begitu haha. Sepotong pizza? Sounds good, tapi bisakah aku mendapat dua potong? Haha, aku setuju, kutunggu kau pukul 7 malam di…dimana kita akan berjumpa?
                Seperti harapanku, dia langsung membalas.
                Aku tau kamu selalu kangen aku haha. Dua potong? Kurasa kamu sudah bertambah gendut saat ini, makanmu banyak sekali. Tapi, okelah. Kau dapat dua potong dan aku mendapat enam, haha kidding. Oke, pukul 7 kita bertemu di Pizza Hut Sudirman. Jangan telat, oke? Hilangkan kebiasaan lamamu.
                Dia selalu berhasil membuatku tersipu dengan setiap kata yang Ia ucapkan.
                Setuju, sampai jumpa. Aku tau kau selalu mengingatku dalam anganmu. Selamat malam.
                e-mail malam itupun berakhir dengan senyuman yang memenuhi wajahku. Ya Tuhan, hentikan senyum tidak jelasku ini. Aku memutuskan untuk streaming YouTube, dan terpaku pada sebuah channel Jacksgap. Malam yang menyenangkan dan akupun tertidur kiranya pukul 11 malam.
“Raissa, bangun. Sholat subuh dulu.”
“Raissa, ayo banguuuun.”
“Eng emh, apa? Iya Ma, udah bangun.”
“Oya, malam ini Mama dan Papa akan pergi ke rumah Om Doni. Mau ikut?”
“Maaf, Ma. Aku gak bisa ikut, sudah ada janji makan malam dengan kawan lama.”
“Oke, berarti kamu nanti di rumah sama bibi ya. Kayaknya kita akan pulang larut malam. Kakakmu juga akan ikut.”
“Ah iya, tak masalah, Ma.”
                Seperti biasa, masa liburan seperti ini, menonton televisi adalah aktivitasku. Entah sudah berapa FTV yang kutonton selama 2 minggu ini. Aku terkejut saat tiba-tiba jam sudah menunjukkan pukul 09.30. Aku harus segera bersiap diri, Selly akan menggunakan jurus mulut seribunya jika aku sampai terlambat.
                *BEEP BEEP BEEEEEPPPP*
                Itu suara klakson Selly, aku bergegas keluar dan mendapati Selly mengendarai mobil CRV milik orangtuanya. Tumben sekali dia memakai mobil yang berukuran besar, kita kan hanya akan jalan berdua. Sampai di depan mobil aku membuka pintu kursi depan.
                “RAISSAAAAAA!!!!!!”
                “Lho…Almira? Nanda? Dinda? Intan? Kalian juga ikut? Kok Selly gak bilang-bilang?”
                “Harus ya gue lapor segalanya ke elo? Buruan masuk. Cussss”
                “Ini ceritanya reuni apa gimanasih? Haha iya iya aku masuk. Cusss”
                Kami berenam menghabiskan waktu yang sangat panjang di Plaza Ambarukmo. Setiap butik kami datangi, walau hanya untuk melihat dan tak berniat membeli. Kalian tau pasti kan gimana wanita? Suka sekali menghabiskan waktu. Namun, kami sangat bahagia akan waktu yang terbuang itu, bagi kami hal itu tidaklah sia-sia. Kami lalu pergi ke sebuah restoran untuk makan siang, sebetulnya ini sudah pukul 15.00. Di sana kami membicarakan segala hal yang bisa diceritakan. Benar-benar segalanya.
                “Raissa, gimana Aga? Udah jadian belum kalian? Lama amat sih haha,” celetuk Almira.
                “Jadian? Are you kidding me? Kita terakhir ketemu aja kapan aku udah gak inget.”
                “Kamu bener-bener gak mau move on gitu, Sa? Kamu kan cantik, banyaklah pasti yang bribik kamu. Udah 5 tahun kamu nungguin dia, kamu gak capek? 5 tahun tu bukan sebentar, Sa,” Intan mulai penasaran dan semakin penasaran.
                “Ah kalian pasti nanyain Aga mulu, udah kubilang kan, aku emang gak mau move on. Dia motivasiku selama ini, aku nyaman begini, aku tulus sayang sama dia, tanpa dia harus balas perasaanku. Gak gampang mulai dari awal lagi, aku udah terlalu asik sama dunia ‘jatuh cinta’ku ke Aga. Lagian nanti aku mau dinner sama dia. Katanya dia kangen.”
                “APA? SERIUS? KENAPA LO GAK CERITA APAPUN SAMA KITA-KITA?” ucap Selly dengan nada kagetnya yang sangat tinggi.
                “Lah barusan aku cerita kan sama kalian? Kalian pengen aku cerita seminggu yang lalu? Dia ngajaknya aja baru tadi malam.”
                “Santai mbak bro, semoga penantianmu selama ini terbayar,” ucap Nanda.
                “Udah berapa cowok coba yang lo tolak cuma gara-gara lo masih terus-terusan ngarepin Aga, kan kasian mereka juga, Sa,” omel Dinda.
                Mereka terus bertanya dan bertanya tentang Aga, tak ada habisnya. Mereka terus-terusan membujukku untuk segera melupakan Aga dan mencari pengganti, padahal mereka tau bahwa segala usaha mereka akan sia-sia. Mana mungkin aku melupakan Aga? Detik demi detik pun berlalu, ini sudah pukul 18.00, 1 jam lagi aku akan segera bertemu dengan Aga. Oke, ini bukan saatnya untuk sabar. Aku sudah menunggu ini selama bertahun-tahun. Teman-temanku terus saja berbincang, dan disini aku mulai melamun dan berpikir. Aga…bagaimana rupanya saat ini? Apa yang harus aku katakan saat aku bertemu dengannya nanti? Bagaimana jika aku gugup dan menjadi kaku? Ya Tuhan, kuatkanlah aku. Ini sudah pukul 18.30, aku segera bergegas ke tepi jalan dan memanggil taksi untuk segera berangkat kesana. Jalanan sangat macet dan aku mulai resah. Akankah aku tepat waktu?

To be continue...... :)

1 komentar: